“Cintai aku seperti kau mencintai kekasihmu dan sayangilah aku seperti kau menyayangi pacarmu, dengan ini maka bulat sudah keinginanku bahwa hari-hariku akan semakin rumit dan kacau, aku suka pada keadaan demikian sebab pada waktu itu aku akan berselingkuh dengan gerimis melahirkan mata-mata rindu dengan sangat romantis”.
Aku sudah lama mati sama seperti lampu kamarmu yang kau
matikan ketika menjelang tidurmu. Pada waktu ku yang mati saat matamu sudah mulai mati
aku hidup kembali, menjadi kamu, kamu dengan wajah gelap seperti kamarmu yang
gelap, bertubuh senyap seperti kamarmu yang senyap. Sesunguhnya ini aku
menjelma kamu agar kau tahu bahwa aku adalah kamu walau memang jasat tubuhmu bukan milikku, aku yang menjadi
kamu melihat wajah mu dan mencoba memahami bibirmu yang tenag dan matamu yang
terpejam kau sedang bermimpi apa dan dengan siapa.? Apa aku hidup dalam tidurmu
atau jangan-jangan kau sedang bersama laki-laki itu, membuat hidup yang baru
dengan dunia baru yang kau beri nama
seperti nama laki-lakimu itu, duniamu denganya yang keindahanya tak bisa aku
temui di dunia ini.
Aku masih sebagai kamu, menjelma kamu dengan rasa yang telah
lama mati mengusap lembut rambutmu mencoba memahami setiap helainya, inilah
waktumu yang akan kau habiskan, tapi entah dengan siapa? Apa aku hidup dalam
anganmu atau jangan-jangan aku hanya menjadi sepucuk surat yang mengatarkan
rindumu pada kekasihmu, manjadikanku kata-kata penantian yang paling kau tunggu
massa pertemuannya, kau tulis dan kau lipat dengan harapan bahwa hidupmu memang
untuknya.
Aku masih menjelma kamu, memeluk erat tubuhmu, menciumi
wajahmu, lehermu dan merasakan aroma nafas tubuhmu meraba-raba tubuhmu yang
terbungkus baju tidurmu, maaf pelan-pelan aku mulai membuka bajumu, maaf aku
tidak bermaksut apa-apa hanya saja aku ingin tahu apakah salah satu tulang
rusukmu sama dengan tulang rusukku.? Satu
persatu aku meraba rusuk mu dengan halus dan menyamakan dengan rusuk ku, tidak
ada sayang, lebih tepatnya tidak jelas karena terbungkus kulitmu yang halus,
aku tak tega jika aku harus melukaimu dengan pisau hanya karena ingin tau apakah
rusuk mu sama denagnku. Ahh..sudahlah tidurlah yang lelap besok saja jika aku
sudah benar-benar buakan sebagai kamu.
Aku yang sebagai kamu walau belum tahu apa rusukku sama
denganmu, menikmati sisa waktu ku yang
sebagai kamu sebelum kau terbangun dari mimpimu dengan rasa nyaman dan tentaram
walau aku tak pernah tau mimpimu seperti apa dan bersama siapa.
Aku yang sebagai kamu walau belum tahu apa rusukmu sama
denganku, menikmati sisa waktuku yang
sebagai kamu degan rasa halus dan lembut
sampai kutemukan agan-aganmu yang sebenarnya sebelum setiap helai rambutmu memutih.
Aku adalah kamu walau
belum kutemukan kebenaran dari rusukmu dan rusukku, menikmati sisa waktuku yang
sepertinya adalah kamu dengan rasa puas dan nikmat sebelum esok kau menjumpai
tubuhmu telah telanjang dada dan kau merasa harus keramas dan bersuci sebab
menikmati persengamaan tadi malam.
Toriq fahmi
Surabaya, 200313.3:08 Am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar