Senin, 25 Maret 2013

Perempuan Hujan



Kemarin sore ku tatap wajahmu di balik hujan yang menawarkan kerinduan pada kekasihnya, ia menaruh harapan bertemu tanahnya dan ingin membuat genagan tempat bermain anak-anak kodok, tempat persengamaan nyamuk yang melahirkan jentik-jentik hitam kepalsuan, kepalsuan tawa, senyuaman atau bahagia yang ditawarkan pada rumput-rumput yang menghisapnya mesrah.

Wajahnya memantul dalam genangan , bergelombang saat kaki-kaki hujan melangkah tanpa jalan, semakin cepat langkahnya semakin mennyisakan jejak genagannya di tanah, di mana-mana ada genagan, apalagi di jalanmu bekas jejakmu yang kau lintasi setiap pagi saat kau berangkat sekolah, semakin banyak genagan semakin banyak pula wajahmu, wajahmu ada di mana-manan, di bawah hujan, di atas hujan, di sisi hujan, di tengah-tengah hujan dan bahkan di wajah hujan itu sendiri, wajahmu hadir seperti hujan adalah kamu sendiri.

Wajahmu, wajahmu, wajahmu adalah milik hujan, di sukai hujan, di cintai hujan, di gauli oleh hujan, hujan sangat senag denganmu, hujan bahagia, hujan tertawa, tersedu penuh haru,menagis dengn lugu, semaikin hujan semakin banyak genagan. Genagan penuh wajahmu membuat hujan semakin hujan, deras menciummu seperti ribuan tahun tak jumpa.

hujan semaikin hujan menyisakan genagan penuh wajahmu, wajahmu di mana-mana seperti hujan di mana-mana yang membuat genagan di mana-mana, di mana-mana ada genagan, rumahku penuh genagan sengaja ku biarkan hujan bertamu, agar aku bisa menikmati wajahmu dari genagan hujan.

Hujan semakin hujan membuat genagan, huajan semakin hujan  tak lagi menyisakan jejak genagan tempat bermain anak-anak kodok, tempat persengamaan nyamuk yang melahirkan jentik-jentik hitam kepalsuan, hujan semakin hujan membuat genagan semakin mengenag, menegelamkan negerimu, menegelamkan kotamu  dan segera menegelamkan rumahmu. tengelam semuanya dalam genagan hujan yang kini sudah menegelamkan tubuhmu dengan kenyataan hujan yang benar-benar hujan, bukan lagi sebagai bayangan wajahmu, tapi ini benar-benar kamu yang tengalam dan sekarang kenyataan telah memilih hujan untuk memilikimu dengan sempurna.

Hujan, hujan, hujan, hujan tak akan pernah meredah sampai hujan sendiri tengalam dalam genagan hujan. Hujan yang benar-benar nyata tapi entah hujan yang menegelamkan genagan hujan itu hujan milik siapa.

Toriq fahmi
Surabaya. 260313

Tidak ada komentar:

Posting Komentar