Kun Fayakun
Nyawa berdesir pada gumpalan tanah berbentuk
Telanjang mengumam pada alam
Hijau
Biru
Putih
Coklat lalu Menghitam
Abjad terputus pada hamparan laut berombak
kata terikat pada langit berawan
Setiap kalimat membekas pada tanah berjejak
Aku sepi, aku sunyi, aku pun bisu
Adam bersenggama di atas batu berukiran “MANUSIA”
Kun Fayakun
Adam di negeriku
Hawa di negaraku.
Garuda terikat di dinding pembatas
Memantulkan cahaya pada cermin
Menyilaukan parit berwarna hijau
Tak dapat menerawang. Buram, suram
Kun Fayakun
Di sini tempat bermain ulat
Di sini pesta para cacing
Tempat sejuk rumah berteduh
Suara air berseruling merdu
Menari segerombolan mahluk kecil tak bernama
Lumut, rumput semua bernyanyi
Kun Fayakun
Negeriku tanah
Negeriku laut
Serpihan pulau membentuk seperti puzzle
Kepala kecil riuh gemuruh bagai ombak
Berebut kemenangan untuk merangkai
Aku, aku, aku, cekekeh kecil membentuk kesatuan
Tubuh renta pasrah bergoyang dengan kursinya
Nampak keriput seluruh tubuh hasil perjuangan
Kun Fayakun
Tanahku suci
Airku jernih
Hembusan bayu menerpa penuh tentram
Tangan bercangkul bergumal dengan tanah
Tetes keringat mendesah bersama sawah
Panen, panen, panen senyum mengayun penuh damai
Kembang layar para pelaut siap mengais mangsanya
“Bes kholobes kuntul bares” sambil menarik jalanya
Kun Fayakun
Merah darahku
Putih tulangku
Kibaran keberanian mengangkat harkat
Lambaian kesucian menarik martabat
Aku pejuang hidup di atas tanah
Aku pahlawan mati di bawah tanah
Kun Fayakun
Aku api
Aku udara
Aku air
Aku petir
Aku tanah
Membakar, menghembus, menyiram, mengkilat, menimbun
Membentuk satu tubuh dalam raga tanah air
peksiminas. seleksi campus
Surabaya,140412
12:13 PM