Rabu, 27 April 2011

NEGERI ku


wajah mentari tampak murung dalam lingkup gelap,
sang awan berwajah bunar dalam pagi     berselimut kabut,
merintis hari yang kian sara membelenggu,
jerit anak jalanan music puisi ini 
biarkan berlabuh bersama nuansa sedih lagu ini,
igin q urai setitik derita dari bocah jemblung berkulit gelap di pinggir jalan 
agar kau tau betapa gerinya negri yg di kata kaya ini 
jang an mengoceh lagi 
ocehanmu tak lebih dari sekedar bunyi beo.


berlabuh ketepian harapan 
melihat endonesia raya terbuai ombak dengan berjuta masalah
kemana kami lari…?
di pundak rakyatmu masih memikul ribuan hutang bangsa
kemana kami pergi..?
ini tangung jawab kami rakyat bangsa dengan berjuta janji
naugan sang garuda di dada kami 
masih tersimpan kebanggaan atas indonesia 
tanah tumpah darah q 

 
penderitaan mengalir dari parit2 wajah rakyat q
dari pagi sampai sore
rakyat negriku bergerak dengan lunglai
mengapai-gapai
menoleh ke kiri menoleh ke kanan
di dalam usaha tak menentu
di hari senja mereka menjadi onggokan sampah







PIMPINAN BERBAU VAGINA


Kentut bercampur tai melebur bersama bau busuk
Tetes keringat megalir di parit2 rumah kumuh
Berbau anyir dari dagig palung kenikmatan
Andai ku tau vagina ini telah lelah produksi bocah tak berguna

Suda cukup kami peras peluh ini
Negara ini bagi kami tak lain adalah seongok sampah
Lagi2 tai busuk kembali mewarnai
Kangkaganmu hanya sebagai derita
Air mata mengalir
Lagi2 mengalir
Ah..sudalah..
Keluhan ini tak berguna..