Rabu, 10 April 2013

12 : 00

Jumpai aku pada dasar kekecewaanku lantaran aku tak mampu menyambutmu dengan berani dan jantan, sekiranya nanti kau telah ku kenal dengan tatapanku yang jujur maka izinkan jika aku menuliskan namamu pada dinding-dinding kamarku yang masih polos, membuat waktu dimana aku akan tertidur dan bermimpi dengan suasana gerimis yang mendudukkan kita berdua pada gazebo berbentuk bundar, bermimpi sedalam yang ku bisa sampai aku benar-benar tengelam dalam lukisanmu, kau akan melukisku dengan tatapan membunuh yang ku sebut itu cara senimu yang paling bagus dan mahal.

Izinkan aku mengenalmu, tolong izinkanlah, sebentar saja hadirlah pada meja bundarku dan kursi yang sudah aku siapkan kusus buatmu yang Berukiran ala seniman yang sedang menemukan inspirasi liar tentang sebuah wajah, tentang sosok wanita, tentang kesenagan yang sendang menjalar pada pemukiman-pemukiman waktu yang gersang, betapa mujurnya mataku jika bertemu dengan matamu, betapa beruntungnya tanganku jika sudah bertemu dengan tanganmu. Kapan kita akan berjumpa lagi dan mendiskusikan tentang perkenalan kita ini, aku menuggunya sampai nanti aku telah lelah.

Sekarang yang ada hanyalah kesempitan, tak ada ruang bagaimana aku akan mendiskusikan tentang sebuah tulisan, tulisan yang terbuat dari rasa penasaran, tulisan yang ngawur sebab tak ada cara yang tepat  bagai mana aku akan menemuimu lagi.

Besok pukul 12:00 aku akan kembali mengngintipmu dari cela-cela cahaya yang masuk di mataku, memotretmu dengan mataku lalu kukirimkan pesan pada perasaan bahwa aku sealalu berdiam pada tempat yang sama di waktu yang sama, tepat pukul 12:00.

Besok pukul 12:00 aku kembali hadir di ruang ini, mengamatimu dari cela-cela jendela mataku, merenugimu seberapa dalam aku ingin menjumpaimu, lalu dengan sumringah aku akan menulis untukmu, menuliskan satu sajak harian bernama kamu dengan akhir tulisan Surabaya 12:00.

Toriq Fahmi
Surabaya 111413. 12:00 AM