jika pada perasaan yang paling mendasar adalah suara tuhan
maka tentu saja kau takkan mampu melawan. aku benar dan kau akan benar jika
mampu bertahan pada titik kencintaanmu padaku, sebut saja ini konyol ketika
mataku hanya terisi oleh wajah yang melankolis yang dirilis pada waktu kau
sambut aku dengan baik, jangan salahkan aku sayang sebab tanpa sentuhan saja
aku mampu menempuh perjalan jauh tanpa menemukan rupamu yang asli. Sebut saja
ini mimpi, sebab ku dapatkan wajah lembut di ujung pulau yang belum pernah aku
singgahi sekalipun. Siapa kamu, aku hanya tau lewat layar elektronik yang
menjadi penghubung antar pulau, dia
pesawatku menerbagkanku lewat angin-angin ringan yang menyelubungiku dengan
harapan tentang pertemuan esok.
Sayangku yang baik, aku kabarkan padamu jika pada jarak
sekian juta kilo pun kau mampu menjumpai hatiku dengan hangat maka aku tak bisa
membayangkan jika aku berada pada sisimu yang sebenarnya tapi tenag saja aku
tidak akan terbakar sebab pada sekian waktu yang menuggu kehangatanmu telah
menjadikanku abu artinya sama saja aku sudah lama terbakar walau kau tak
bersamaku.
Sederhana saja sayang, aku tak ingin menjumpaimu jika hanya
sekedar kerinduan yang meracuni darahku tapi aku ingin menjumpaimu dengan rasa
yang lebih lelap dan tenag yang mengajakku pada rasa platonis tanpa
mengharapkan apa-apa dari pemiliknya. Sudahlah sayang jujur saja siapa
sebenarnya dirimu kemarilah relakan dirimu padaku seutuhnya tanpa harus saling
tatap dan menyentuh. Ungkapkan saja pada malam-malam di mana jarimu menyentuh
wajah-wajah huruf yang kau kirim
untukku, katakan saja sayang tak usah takut. Siap kamu.? Apa kau hanya sepi
yang sengaja di kirim untuk menemaniku seperti halnya sepi yang dulu, setia
dalam ketiadaan atau jangan-jangan kau hanya sebatas imajinasi yang lahir dari
otakku, ahh..sudahlah mengakulah sayang siapa sebenarnya dirimu.?
Sayangku yang belum pernah aku temui, semoga rindu selalu
menjadi milikku, menjadi malam, siang, sore dan senja yang menghanyutkanku pada
tepi penantian yang sebenarnya.
Sayangku yang blum pernah ku sentuh, semoga kau mampu
merinduiku seperti hujan yang memeluk tanah dan mengoreskan rintiknya
seperti sajak yang setiap waktu terlahir untukmu.
Sayangku, sayangku, sayangku, sayangku, jika pada rindu yang
ke 100x aku tak mampu menjumpai hatimu maka izinkan jika aku menguburmu dalam
perjalananku berikutnya.