Selasa, 15 November 2011

ALIBI HATI

  • Ini  hidupku yang penuh pesona, walau belulang terangkai sedikit pendek.

    Seperti  api yang panas
    Cinta ini tertata dengan nafas
    Meragkai sampai terhempas
    Terbakar penuh na’as

    Air mendidih diujung permukaan
    Harapan mengodok keraguan
    Habis menguap bersama asap
    Terbag lalu singap

     Ini ungkapan hati dalam lingkup kegalauan, kala hati terusik keindahan, membuat getir rasa perih dalam kesejatian, tersakiti itu pasti sebab malam tampa siang akan tiada hari, kematian yang dirasa sejenak meluap ingin masuk keranda, melucuti kafan dan pelan melangkah untuk hidup kembali, bangkit bersama awal penciptaan, merangkai ketidak mengertian hidup fana, dulu lamanya aq hidup dalam cinta semu, kosong  takmengerti dalam kepolosan kertas, seperti Angin ia dating bersama tinta  permanen, pelan tergambar Mentari yang terik dan ada jalan seperti angka delapan yang berarti takkan pernah terputus,  tapi rintik Grimis tergambar perlahan pertanda tangis megiringi, tak lama pelagi menghiyasi,  indah membuat sedih menepi, Senja tiba membuat langit kuning kemerahan,  gelap menyelinap perlahan malam itu Bulan tersenyum dengan sabitnya, gambar sempurna dalam bingkai cinta sejati.

    Janji mengikat dibawah langit tersaksi keabadian cinta yang mengikat, sama-sama tersenyum mengikat janji yang entah bertahan sampai kapan, dua merpati terbang dengan kaki terikat tali merah, ini bukti keseriusan cinta yang terpasang sejak dini, pesonamu yang petama, jiwamu yang pertama, pengorbananmu yang paling awal, apa kurang jelas…?

     Ini saksi, ini bukti, sadar….

    sekali lagi aku bangkit dalam kematian jiwa , bangkit.. menerjang  kubur cinta kedua, aku berlari kembali pulang,  rindu karna berdosa, sambut aku didepan pintu hatimu, beri senyuman atau sebuah tangisan agar aku tersadar hanya cintamu yang mendasar.
    kemarilah sayang….! peluk lelaki tak berhati ini..
    Tetapi ……semua meredup, lentera hijau telah pudar dan Gelap...

    Gelap …

                  Gelap…

                               Semua telah Gelap…

    langit tak secerah hari yang lalu, kali ini awan turut berduka sebab penghiyanatan, rintik gerimis menyumbang kesedihan, semua layu walau musim hujan
    Bulan… leburlah gelap walau tak seberapa
    Bintang… gemerliplah sepertia biasa
    aku ingin kembali …sungguh aku tak ingin berdosa, aku tak ingin semua murka, ayo datanglah Pagi, bunuh Malam dengan mantramu lalu pada Mentari sengatlah EMBUN agar merembes pada permukaan Bumi, keringkan dengan panasmu agar semua Hilang…

                                                                                                                                                        Hilang…

                                                                                                                                        Hilang…                                                                                    Hilang…

                                                                                     Hilang…
                                                                     Hilang…
    Dan hilang untuk selamanya……………………………………………………

    Baiarkan merpati mengepakkan sayapnya kembali, terbanglah walau takmampu menembus langit, melewati awanpun sudah cukup dan hinggap pada satu pohon harapan yang lama.

    1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya semuanya akan kembali pada kesejatian cinta yang satu dan akan kembali pada kuasa cinta yang abadi.

    Kini biar aku menepi menjelma camar di permukaan pantai, meresapi setiap helai bulu yang tersapu angin, memikirkan dosa yang rontok terbawa angin, selanjutnya biar camar itu menentang lautan, sebagai pembuktian laki-laki sejati menyandang gelar pahlawan, pahlawan yang tidak pernah ada sebelumnya.

    Mari...
    Mari…
    Mari…
    Mari…
    Mari sini sayangku, kecup lembut bibirku buat aku tersadar akan kilau indahmu yang tersembunyi.

    TORIQ FAHMI
    Surabaya,151111