Kamis, 14 Maret 2013

KATA SEDERHANA UNTUK CINTA SEDERHAN




“Separuh perjalanan sudah ku lalui dengan cara sederhana yang pernah kau ajarkan padaku, mencintai, menyayangi dan mengasihi. Sederhana saja sayangi aku dengan kata-kata sederhana yang kau buat sewaktu hujan turun, buatlah kalimat sederhana dengan air mata dan rasa  yang keluar dengan lembut,  katakana padaku “bukan tanpa alasan ia mengalir” katakan saja aku telah lama bermain dengan hijan, sampai dalam setiap genaganya aku tak bisa membedakan apa itu air hujan atau air mataku, silakan dicicipi jika rasanya asin berarti itu air mataku”

Masih dengan rasa sederhana, bacalah raingkaian sajak genit ini  yang bisa menjatuhkan setiap hati wanita, begini  aku mencintai kesederhanaan seperti wajah dan tubuhku  yang  pas-pasan,  penampilan acak-acakan, mandipun cukup sekali dalam sehari, selalu menahan lapar sebab uang pemberian mama juga pas untuk makan dua kali sehari. “sederhana, kekayaan itu ada pada hatimu” setiap waktu ayahku mengajarkan itu, laki-laki yang ku kenal paling kaya di seluruh dunia, kaya segalanya tapi sedikit berhati-hati mengeluarkan uang untuk anaknya. Dalam kesederhanaan ini aku bermakana, menjadi awan  yang sedang ditunggu hujanya untuk mengairi lading-ladang petani di desa. Aku bisa saja menjadi  pelangi setelah hujan turun jika seinarmu datang untuk meminagku, sederhana bukan .?

Masih dengan cara yang sederhana, nikmati sajak sederhana ini.  Pada mulanya aku belum bisa mencintaimu degen sederhana sebab kau terlalu kaya untuk disederhanakan, wajahmu sangat melankolis, halus dan tulus seperti langit malam, siapa yang bisa membelinya?, sangat mahal itulah kenapa ketika aku sudah menjumpaimu aku tidak bisa diam saja mulutku menjadi radio yang memberitakan bahwa aku telah mencintai gadis bermata opal yang tak terbeli siapapun, aku katakana kepada semuanya, pada laptop, hp bahkan kucing yang sedang melintasiku yang kemudian mengali tanah dan menghinaku dengan kotoranya. aku menjadi  TV yang mempertontonkan kepada siapa saja bahwa aku telah memilikimu, rasanya aku benar-benar menjadi laki-laki paling kaya di dunia, sama sekali tidak sederhana karena memang kau tak pantas disederhanakan.

Masih dengan cara sederhana yang sedikit labil, nikmati sajak ini. Aku bingung aku ingin sederhana seperti dulu, nyatanya kau membunuh kesederhanaan yang ku punya. Bebaskan aku, bebaskan saja jika kau membuat aku menjadi kaya. Aku belum menumukan caranya bagaimana aku menyederhanakan cintaku padamu, apa aku harus mencongkel matamu yang mahal itu, mencoret-coret wajahmu yang tak terbeli itu dengan silet, supaya aku bisa mencintaimu dengan sederhana. Aku rasa tidak mungkin sebab aku takut jika kau menjadi miskin, beri aku waktu untuk mendiskusikanya dengan  keluargaku, apa aku boleh kaya sebab aku takut jika kekayaan cintaku  padamu akan melukai hati ayah dan ibuku. Beri aku waktu ya.?

Galau, mencari cara bagaimana aku harus kembali sederhana, mengungkapakan sajak-sajak alay sebab aku merasa kaya. Aku menjadi sedikit lebay, penampilanku sangat klimis dan wangi menebarkan pesonaku sebab aku memilikimu aku menjadi sangat tampan. Tapi ini yang terakhir aku sedang mencari hinaan agar aku bisa kembali sebab kemaren lusa ayah dan ibuku tak setuju jika aku menjadi kaya, ini yang terakhir aku mencari makian agar aku kembali sebab aku sediri tak pernah suka dengan kekayaan. Besok aku pasti kembali setelah hujan sore ini mencuciku dengan kasar, aku pasti kembali dengan kesederhanaanku setelah malam ini mengurungku dalam pekatnya tanpa rembulan dan bintang. Tenag saja ini siksaan agara aku bisa kembali, pelajaran untuk orang yang telah kalah dan salah yang labil dengan nasibnya sendiri. Tuggu saja esok hari aku akan kembali dengan cintaku yang semestinya, sederhana seperti yang kau perlihatkan padaku.

Kembali  dengan sederhana, nikmati keberhasilanku. Pagi ini menyapaku dengan sederhana  seperti embun yang menyetubuhi rumput tanpa warna. “Aku telah kembali”. Ya aku kembali berangkat kuliyah tanpa mandi dengan celana bolong dan kaos lusuh khas aktifis yang bertuliskan nama kampus dan kegiatan yang diikuti, semuanya senag aku telah kembali, apa lagi kamu, pasti sangat senag karena aku tau kau mencintaiku karena kesederhanaan ini bukan?. Dan hari ini aku merayakan kemenaganku karena telah kembali, perayaan dengan cara menulis ribuan kata-kata sederhana  untuk mengungkap betapa sederhanya aku mencintaimu tanpa pertemuan dan sentuhan. Menuggu waktu dengan tenag berarti sederhana, membayangkan wajahmu dengan mesrah itulah sederhana, berbagi hati dengan jarak begitulah  sederhana. Lewat kesederhanaan aku menghidupi cintaku dengan cara paling sederhana yang pernah aku miliki sebelumnya, teriakkan kemenagan ini.
“sederhana..sederhana..sederhana..aku telah berhasil mencintaimu dengan sederhana”

Toriq fahmi
Surabaya. I50313

Selasa, 12 Maret 2013

TUBUHKU ADALAH SENI MURNI



pada ribuan nafas yang kutemui, ku nikmati kematianku yang belum terjadi.
singkat saja, tuhan telah mengharukan namaku sebagai anak "manusia"
tubuhku adalah sebuah persembahan yang lebih berserah dibanding dengan sembahyang

singkat saja, seni murni adalah jiwa pada tubuhku yang sedang telanjang


Tuhan, hadirkan aku pada jiwamu yang kekal



Toriq Fahmi
Surabaya. 130413

Minggu, 10 Maret 2013

Tentang Sebuah Pertemuan Yang Belum ditemukan Maknanya, Kenapa Kita dipertemukan?


ini tentang waktu yang merebahkan diri pada setiap jejak kaki, wajahnya basah membekas pada dinding-dinding pemikiran tentang bagaimana sejarah dan budaya bertutur atau tentang sajak yang jatuh dari atas awan yang mendung, mengisahkan separuh perjalanan tentang salam dan sayang pada tanah yang dimiliki, manusia yang berduka, peka dan merasa selalu beriringan dengan jasatnya yang gemilang, seperti aku, kau dan mereka yang datang pada malam-malam bisu, berkumpul pada siang yang menjadikanya peluh, sore tanpa mandi dan istirahat, untuk apa? “Bangsa”.

Tentang pemuda yang berbicara idiologi, matanya terang walau kurang tidur, teriakanya lantang meski kerongkongan telah hitam oleh asap yang dihirup setiap menit, keras kepala, egois tak mau kalah jika berbeda maka akan tidak. Kanan dan kiri berbenturan pada titik yang satu. “ini aku, ini aku” manusia-manusia otak, memuja imajinasi, bersenjata retorika, membunuh atau terbunuh, menag atau malu dalam medan persidangan dan pada waktu yang telah usai berjabat erat dan bersulang , berbagi makan dan minum, bertuakar rokok dengan seleranya yang berbeda, tertawa semaunya membicarakan wanita atau pria yang diidamkan, berbagi pengalaman, kebudayaan, adat bahkan permainan konyol dan umpatan khas kita. Nyanyian rindu, cinta, perjuangan bersatu dalam  perbedaan yang bersajak ringan, menari nakal seakan hidup kita lama atau akan selamanya bersama. Apa Kita sudah gila kawan.?

Kumpulan manusia idealis, mencari kebenaran yang mengagungkan kebebasan.

Dan hari ini belum ku temukan jawaban kenapa kita dipertemukan dan berkumpul karena jawabanya ada pada kebeseran siapa kita dan sebagai apa kita yang akan dinilai orang-orang di sekitar kita.

Salam dan selamat malam. semoga kehidupan berbaik hati, memberi tempat pada kita untuk bertahan lama.

Toriq Fahmi
Gresik. 10.03.13