Membuat waktu dimana lebih masuk akal dari pada sekedar
tidur, bangun, kuliyah dan menyelesaikan tugas kuliyah lalu tidur lagi.
Aku telah menemukanya bermain dengan kegelisahan tentang
sebuah pertanyaan yang menempel di dinding-dinding malam yang harus aku punguti
satu persatu dan menyelesaikanya dengan satu perubahan disetiap paginya.
Sebuah kegelisahan tentang agama dan pembuatnya, tentang
sebuah kebenaran yang sesungguhnya, tentang penghargaan dan cara menghargai tanpa
harus membedakan darimana ia berasal, tentang cinta dan lagit malam yang tak
pernah mengantarkanku untuk tertidur lelap seperti dulu dan setiap pagi yang
menuntutku membuat rencana-rencana untuk kehidupan ke depan, apa kelak aku kan
berguna bagi bagsaku atau hanya menjadi salah satu orang yang tak berguna yang
tak melakukan apa-apa kemudian mati, aku tak pernah menginginkan kematianku
berjalan dengan sia-sia kemudian orang-orang akan melupakanku, setidaknya
setelah aku mati kelak orang-orang akan menanam namaku dengan sentuhan airmata
kehilangan.
Tak ada waktu tanpa perjalanan, berbaur dengan orang-orang,
berbicara tentang segala hal tentang apa yang aku ketahui di dunia ini,
mendiskusikan intelektualitas dengan cara retorika yang baik dan benar tanpa
harus menyinggung dan merendahkan orang lain, tak ada batasan dalam pergaulan
semua ku gauli dengan cara berusaha berteman dengan baik, lintas agama, budaya,
idiologi, rupa, warna, genre semua bagiku menjadi ilmu yang harus di rangkum
dalam buku perjalanan sehingga sejauh apapun aku pergi aku bisa menemukan jalan
untuk pulang.
Tak ada waktu tanpa mencari, mencari segala hal yang ingin
aku temui, lewat buku, internet tak terkeculai warung-warung kopi yang menawarkan
segala bentuk kegelisahan setiap waktu dengan harga yang cukup murah, semua ku tampung
dengan senag membuat tumpukan gelisah yang harus aku selesaikan malam itu juga.
Tak ada akhir dalam pelajaran, perubahan, pergerakan, pergaulan,
pencarian kebenaran dan kemerdekaan. Aku titipkan semua yang kumiliki pada
setiap jalan-jalan yang pernah aku lalui, tempat-tempat yang pernah aku
singgahi dan setiap orang yang pernah ku jumpai, semua ku akhiri dengan
cara cinta yang luar biyasa yang berakhir dengan kesadaran bahwa aku adalah
sebuah karya dan harus berkarya.
Toriq Fahmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar