sebab aku belum menemukan warna yang pantas untuk lehermu
entah itu putih, merah, kunig, hijau, biru ataupun ungu
yang pasti aku menyukai semua warna itu jika sudah melingkar
pada lehermu
sebut saja ini waktu, dengan secara kebetulan menatapkanya
pada lentik matamu yang tulus
aku mencurinya di balik ketuk palu yang sudah mulai bisu
sebut saja ini waktu, dengan secara halus mengusungku pada
matamu yang halus
aku menatapmu malu sambil berpura-pura membaca buku
ku titipakan semuanya pada waktu, pada sajak-sajak yang berkelana pada kesepian
kemarilah…
antarkan aku pada toba yang kemarin ku jumpai, hanyutkan
saja pada airnya
sebab aku tahu kau sering bercermin pada air itu, aku rasa
di situ ada matamu
bersama bayang mata itu aku sampai pada tepi samosir
menarilah bersamaku…
aku rasa si gale-gale tahu kalau aku ingin mencurimu dari
tanah bataknya
dia buta, tuli, bisu hanya bisa menari denagn benag-benag
yang digerakkan si dalang
juga seperti tarianku yang bergerak denagn bayang-bayang
matamu yang datang
aku tak pernah takut pada siapapun hanya takut pada mata
yang akan hilang
kemarilah..
buka kaca yang menutupi matamu itu, biarkan mata lentik itu telanjang
nikmati waktu yang datang padamu, tak perlu selelah itu
sebab esok waktu akan pulang
kemarilah..
jika pada hariku yang ke-10 aku masih tak bisa menjumpai
hatimu
maka tengelamkan saja aku pada selat sunda yang memisahkanku
Toriq fahmi
Surabaya.05.03.13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar