Toriq Fahmi
Bulan musim suram
Tinggal separuh dimakan zaman yang kelam
Pada gemercik cahanya
Ada do’a yang dikirim lelaki bermata bulan
Sama, matanya redup menyulam kenagan yang hampir habis
Bulan musim hangat
Habis diracik zaman yang sekarat
Pekatnya dusta, sembunyi tanpa wajah
Sampailah do’anya saat matanya habis
Buta, kepastian rindu, waktu tanpa keluh grutu
Sampailah, bulanya kelabu
Tanpa tahu kelabu, ia rasa begitu sendu
Bangun kerajaan itu, damai tanpa penglihatan
Tahtanya perasaan dengan sepasang bulan
Mahkota kematian dari sepasang mata buta
Surabaya 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar