Masih
tentang malam, sudah ku katakan berulang kali aku tak bisa membencimu Nai,
harus ku apakan lagi, bayanganmu akan semakin dekat dan dekat seperti memaksaku
untuk mengingat saat pertama bibirku menyentuh bibirmu, atau lebih kejamnya kau
memaksaku mengajak mengunyah puting susumu merabah perut dan selangkanganmu,
aku bosan sayang, sangat bosan berhayal tanpa kamu, ahh sudahlah tak perlu diingat
sebab di sana kau sudah berciuman dengan laki-laki lain dan akan memberikan
susu yang aku besarkan itu pada orang lain atau kemaluanmu yang belum pernah
aku jamah sekalipun.
hahahah…bitapa
gilanya laki-lakimu ini, kau tau apa yang dikatakana sepi waktu itu? “sudahlah bukankah aku kekasihmu yang paling
setia”, ya aku tau kau yang setia haruskah aku menciummu dan bercumbu
denganmu?, dia hanya terdiam, tiba-tiba malam menjadi gerimis aku kembali
menyakitinya dan seperti biyasa aku tak pernah peduli pada sepi, hatiku telah
mati ketika sepi semakin memeluk erat dengan gerimisnya malah bayanganmu sayang
yang membuat aku begitu jahat, segera aku akan menulis sajak di tanah yang
sedikit basah.
“aku
terbakar dalam kedinginan, mencari cela dimana aku harus membeku, sunguh aku
tak ingin mati atau menghilang, birkan aku membeku di sisi hatimu, tapi
nyatanya kau selalu mencairkanku menyuruhku telanjang dan memperlihatkan
kemaluanku di depanmu, grimis ayo memutihlah seperti salju, aku siap membeku
menyatu dengan kekasihmu tanah”
Naila
Sayangku apa kau sudah lupa dulu kau pernah bilang, “ketika aku menginginkan
langit kau akan berbah menjadi langit
atau apa saja yang aku inginkan kau akan menjelma serupa, bahkan lebih
dari yang aku inginkan termasuk menjadi sepi dan grimis, sekalipun kau tak
pernah luput berubah menjadi malam”. Sangat indah tapi sayang kau sudah berubah
menjadi kupu-kupu dan terbang meningalkan tangkai yang sedikit rapuh ini dan
aku tau dalam perjalananmu kau akan dimakan elang.
Sayang
haruskah aku membencimu dan mencari wanita baru, jangan paksa aku sayang, aku
tak pernah serius pada mereka sebab aku tau matamu selalu membunuhku, sekarang
apa lagi, kau menyuruhku menuggu? Bukankah kau tau, aku sangat membencinya walau dia sangat
menyukaiku. apa lagi sayang..apa lagi, apa aku harus ihlas melepasmu, aku rasa
tidak akan sayang, tidak akan, kau harus di sini kembali menemuiku dan
menyuruhku menulis sajak lagi di tanah yang basah, bahkan ketiaka kau berani
kembali nanti aku tak akan lagi menulis sajak di tanah, tapi aku akan menulis
di langit dengan darahku, sekarang lihatlah di langit yang sudah mulai memerah
oleh darahku lihatlah dan baca sajakku yang semakin gila itu
*“kau
takkan mengerti segala lukaku karena cinta telah sembunyikan pisaunya”
*dikutip
dari sajak karya ws.rendra “kemerdekaan tanpa cinta”
Toriq fahmi
Ilustrasi: Zainun Nasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar