“Separuh perjalanan sudah
ku lalui dengan cara sederhana yang pernah kau ajarkan padaku, mencintai,
menyayangi dan mengasihi. Sederhana saja sayangi aku dengan kata-kata sederhana
yang kau buat sewaktu hujan turun, buatlah kalimat sederhana dengan air mata
dan rasa yang keluar dengan lembut, katakana padaku “bukan tanpa alasan ia
mengalir” katakan saja aku telah lama bermain dengan hijan, sampai dalam setiap
genaganya aku tak bisa membedakan apa itu air hujan atau air mataku, silakan
dicicipi jika rasanya asin berarti itu air mataku”
Masih dengan rasa sederhana, bacalah raingkaian sajak genit
ini yang bisa menjatuhkan setiap hati
wanita, begini aku mencintai
kesederhanaan seperti wajah dan tubuhku yang pas-pasan,
penampilan acak-acakan, mandipun cukup
sekali dalam sehari, selalu menahan lapar sebab uang pemberian mama juga pas
untuk makan dua kali sehari. “sederhana, kekayaan itu ada pada hatimu” setiap waktu
ayahku mengajarkan itu, laki-laki yang ku
kenal paling kaya di seluruh dunia, kaya segalanya tapi sedikit berhati-hati
mengeluarkan uang untuk anaknya. Dalam kesederhanaan ini aku bermakana, menjadi
awan yang sedang ditunggu hujanya untuk
mengairi lading-ladang petani di desa. Aku bisa saja menjadi pelangi setelah hujan turun jika seinarmu
datang untuk meminagku, sederhana bukan .?
Masih dengan cara yang sederhana, nikmati sajak sederhana
ini. Pada mulanya aku belum bisa
mencintaimu degen sederhana sebab kau terlalu kaya untuk disederhanakan,
wajahmu sangat melankolis, halus dan tulus seperti langit malam, siapa yang
bisa membelinya?, sangat mahal itulah kenapa ketika aku sudah menjumpaimu aku
tidak bisa diam saja mulutku menjadi radio yang memberitakan bahwa aku telah
mencintai gadis bermata opal yang tak terbeli siapapun, aku katakana kepada
semuanya, pada laptop, hp bahkan kucing yang sedang melintasiku yang kemudian mengali
tanah dan menghinaku dengan kotoranya. aku menjadi TV yang mempertontonkan kepada siapa saja bahwa
aku telah memilikimu, rasanya aku benar-benar menjadi laki-laki paling kaya di
dunia, sama sekali tidak sederhana karena memang kau tak pantas disederhanakan.
Masih dengan cara sederhana yang sedikit labil, nikmati sajak
ini. Aku bingung aku ingin sederhana seperti dulu, nyatanya kau membunuh
kesederhanaan yang ku punya. Bebaskan aku, bebaskan saja jika kau membuat aku
menjadi kaya. Aku belum menumukan caranya bagaimana aku menyederhanakan cintaku
padamu, apa aku harus mencongkel matamu yang mahal itu, mencoret-coret wajahmu
yang tak terbeli itu dengan silet, supaya aku bisa mencintaimu dengan sederhana.
Aku rasa tidak mungkin sebab aku takut jika kau menjadi miskin, beri aku waktu untuk
mendiskusikanya dengan keluargaku, apa
aku boleh kaya sebab aku takut jika kekayaan cintaku padamu akan melukai hati ayah dan ibuku. Beri
aku waktu ya.?
Galau, mencari cara bagaimana aku harus kembali sederhana,
mengungkapakan sajak-sajak alay sebab aku merasa kaya. Aku menjadi sedikit
lebay, penampilanku sangat klimis dan wangi menebarkan pesonaku sebab aku
memilikimu aku menjadi sangat tampan. Tapi ini yang terakhir aku sedang mencari
hinaan agar aku bisa kembali sebab kemaren lusa ayah dan ibuku tak setuju jika
aku menjadi kaya, ini yang terakhir aku mencari makian agar aku kembali sebab
aku sediri tak pernah suka dengan kekayaan. Besok aku pasti kembali setelah
hujan sore ini mencuciku dengan kasar, aku pasti kembali dengan kesederhanaanku
setelah malam ini mengurungku dalam pekatnya tanpa rembulan dan bintang. Tenag saja
ini siksaan agara aku bisa kembali, pelajaran untuk orang yang telah kalah dan
salah yang labil dengan nasibnya sendiri. Tuggu saja esok hari aku akan kembali
dengan cintaku yang semestinya, sederhana seperti yang kau perlihatkan padaku.
Kembali dengan
sederhana, nikmati keberhasilanku. Pagi ini menyapaku dengan sederhana seperti embun yang menyetubuhi rumput tanpa
warna. “Aku telah kembali”. Ya aku kembali berangkat kuliyah tanpa mandi dengan
celana bolong dan kaos lusuh khas aktifis yang bertuliskan nama kampus dan
kegiatan yang diikuti, semuanya senag aku telah kembali, apa lagi kamu, pasti
sangat senag karena aku tau kau mencintaiku karena kesederhanaan ini bukan?. Dan
hari ini aku merayakan kemenaganku karena telah kembali, perayaan dengan cara
menulis ribuan kata-kata sederhana untuk
mengungkap betapa sederhanya aku mencintaimu tanpa pertemuan dan sentuhan. Menuggu
waktu dengan tenag berarti sederhana, membayangkan wajahmu dengan mesrah itulah
sederhana, berbagi hati dengan jarak begitulah
sederhana. Lewat kesederhanaan aku menghidupi cintaku dengan cara paling
sederhana yang pernah aku miliki sebelumnya, teriakkan kemenagan ini.
“sederhana..sederhana..sederhana..aku telah berhasil
mencintaimu dengan sederhana”
Toriq fahmi
Surabaya. I50313