Selasa, 24 Desember 2013

SEMANGKUK BAKSO DARIMU

Toriq Fahmi

Ini semangkuk bakso, katamu
Makanlah, aku sedang asam lambung
Bola baksonya ada empat
Tahu mentah satu dengan mi kuning kriting
Beginilah sajian bakso favoridku
Sebab aku tak pernah suka dengan Bihun
Terlalu lurus dan bening
Munafik menurutku

Lihat Mi kriting kuningnya selalu asing bagi bakso
Bagaimana ia akan akur
Lihatlah ia sangat pandai menghindar
Liar menurutku, ia selalu berliku

Tapi cepat makanlah
Akan ku tunjukkan bagaimana ia bersatu
Habiskan, setelah itu tidurlah
Keajaiban akan terjadi di perutmu
Esok ketika kau terbangun
Segera keluarkan dan lihatlah
Kesatuan mereka yang begitu mesrah
Begitulah kita nantinya

Surabaya 2013

BAYANGAN GADIS

Toriq Fahmi

Gadis berkulit langsap
Sedang aku menguranya berkulit abu-abu
Rambutnya tentu saja hitam
Tapi aku mengurainya berrambut pirang
Matanya ku bayangkan menyala
Di antara gelap gulita kau mirib srigala
Gerak-gerikku menjadi lamban
Hati-hati, kau sedang mengintai

Surabaya 2013

Senin, 23 Desember 2013

KESATRIA

Toriq Fahmi

Anakku lahir
Pada malam hujan bulan desember
Matanya pelolong seperti bakso
Merah hitam, mengerikan
Seperti gagak kematian

Sejak dikandungan ibunya
Perut ibunya menyala merah
Seperti disenter dari dalam
Tapi ia begitu tenang

Tak ada kecurigaan
Ibunya menyagka ia normal
Rupanya ia up normal

Ia lahir begitu tenang
Tak ada tangis, malah ibunya yang menangis
Ibunya bertanya-tanya seperti orang gila
Katanya melahirkan itu sakit
Rupanya seperti tak ada yang terjadi

Melihat anaknya yang tampan
Matanya pelolong seperti bakso
Pupilnya merah, retinanya hitam
Ibunya tambah mengis, haru
Dipeluk lalu diciuminya ia
“Anakku bisa menerawang masa depan”
Rupanya ia anak dalam ramalan

Surabaya 2013

Kamis, 05 Desember 2013

HARAKIRI

Toriq Fahmi

Pencapaianku sebelum perang, belajar memanah kijang, aku selalu diajak berburu kekek, dilereng gunung yang katanya rimba dan angker, tapi kakek bilang kesatria tak pernah takut setan, lalu bagaimana dengan binatang buas kek?, kakek bilang manusia lebih buas dari seekor jaguar, akhirnya aku pulang membawa seekor srigala.

Aku sudah berani berperang sekarang, setelah berminggu-minggu aku memakan daging srigala, kakek yang memanggangnya untukku, akhirnya aku jago berlari, terikanku panjang dan keras, seorang komandan harus seperti itu, kata kakek, larilah dan teriaklah sekeras mungkin beri komando untuk penyerangan, begitu pesanya. Setelah itu kakek mati dikursi

Aku pergi berperang, membawa senapan peniggalan kakek, aku bergabung dengan plajurit militer, kita disuruh berteriak serempak “merdeka” sampai berkali-kali, aku tak pernah tahu apa maksutnya, sebab kakek tak pernah mengajarkan padaku, aku hanya dilatih membidik, gesit, sembunyi dan berteriak “serang” seperti perburuan dulu, apa maksutnya, kenapa kakek tak ajarkan itu, bukankah ia mantan plajurit perang juga, tentu sama apa yang diajarkan dulu dan sekarang.

Di medan perang, aku meyandang pangkat komandan, tapi aku tak pernah teriak “merdeka”, Aku komadokan pasukanku hanya dengan kata “serang” seperti ajaran kakek, pasukanku tak terkalahkan, terbukti tak ada satupun korban, aku teriak lagi “serang”, pasukaku kebal peluru, menerjang apapun, kita tak pernah kalah.

perang usai, orang-orang teriak “merdeka”, di jalan, sawah, tokoh, di atas gedung-gedung bertingkat semua teriak “merdeka”, ada apa dengan “merdeka”, apa dengan merdeka perang telah usai, lalu aku akan kerja apa, dampak kemerdekaan telah menjadikan kematian, aku dan plajuritku pengngangguran, “merdeka” kita serempak berteriak melepaskan tembekan di dada sebelah kanan, tepat di organ liver.

Surabaya 2013

METER TERAKHIR

Toriq Fahmi

Aku belajar naik sepeda, rodanya masih dipasang empat, dua hari kemudian ayah mencopotnya satu, sampai seminggu aku bersepeda roda 3, lalu ayah mencopotnya lagi, ini bagian paling sulit tapi aku tak kawatir sebab ayah memegangi dari blakang, 1 bulan aku belajar naik sepeda ditemani ayah, sampai akhirnya aku mampu mengayuh sepeda, tapi sayang saat memulainya ayah harus memeganginya. Senagnya bukan main bisa bersepeda.

Ibu menyuruhku mengantar roti ke rumah nenek, padahal belum bisa bersepeda sepenuhnya, taka apa katanya, biar ibu memeganginya, ayo naiklah, aku naik, lalu kukayuh dan ibu melepaskanya, aku menuju rumah nenek, jaraknya sekitar 2 KM, senagnya bisa membantu ibu. Di jalan aku bersimpangan dengan truk, aku berhati-hati mengatur keseimbangan, takut jika turun dan tidak bisa memulainya lagi, aku berhasil, ini rintangan pertama.

Di jembatan penghubung antara desa ibu dan desa nenek, ku lihat kawanku ramai memancing, mereka menyapaku, aku cuek sebab takut turun sepeda dan tak bisa memulainya lagi, malu jika meminta bantuan, aku dikatai sombong sebab sudah bisa bersepeda dan tak mau menyapa, tak apa besok disekolah aku pasang alasan, aku tidak mendengar dan tidak melihatnya, ini rintangan kedua.
Sampai di desa nenek, tinggal beberapa kilo lagi, kukayuh sepedaku pelan sebab jalanya bergelombang takut jatuh dan tak bisa memulainya, takut jika meminta bantuan orang, ada kubangan besar bekas genangan air hujan semalam, keseimbanganku goyah, jika kukayuh pelan tentu aku jatuh, jika kukayuh cepat pasti air itu akan muncrat dan takut mengotori orang lewat, aku tidak bisa menghindar sebab jaraknya begitu dekat, tanpa pikir panjang kukayuh cepat, dan “crat”, air genangan muncrat untung tak ada orang lewat. Rintangan ke tiga lewat.

Rumah nenek sudah dekat tinggal beberapa meter lagi, kukayuh pelan dan mengngatur nafas, capek menempuh jarak rumah ibu ke rumah nenek dengan sepeda, aku mengatur keseimbangan agar tak turun sebab tak bisa memulainya lagi, ayo rumah nenek sudah dekat, mencoba menyemangati diri. “Tit-Tit” bel speda motor dari belakang, aku kaget, aku turun dari sepeda, sial, bagaimana ini, bagaimana aku harus memulainya aku tak berani minta bantuan orang, padahal tinggal beberapa meter lagi, aku coba memulainya sendiri, orang-orang memandangiku, malu menjadi taruhan, sangat malu jika aku gagal, 1..2..3..yah spedaku oleng tapi aku bisa mengimbanginya, yah akhirnya aku bisa bersepeda dengan sempurna.

Surabaya 2013


SIASAT TIKUS

Toriq Fahmi

Tikus, tikus, tikus, tikus
Berburu tikus di sawah
Petani dengan cangkul berburu tikus
Tikus-tikus menjadi hama, harus dibunuh

Sebelum hasil panen menurun
Maka diadakan perburuan tikus
Serempak, hari nasional perburuan tikus
Seluruh petani berkumpul, membicarakan strategi perburuan tikus
Racun-racun berbagai merek dikumpulkan
Perangkap kayu dan besi telah disiapkan
Esok, hari perburuan dimulai

Di sawah, barangkali tikus juga berkumpul
Berbicara strategi perlawanan
Ilmuan-ilmuan tikus bereksperimen
Jadilah tikus anti racun
Dimeja bundar mereka berpolitik
Cara menipu petani dan prangkapnya
Esok, menjadi hari peperangan besar

Nasib sawah terancam
Padi, jagung, kangkung tidak menjadi harapan
Racun ditebar, perangkap dipasang
Perburuan dimulai, petani kebingungan
Tikus-tikus sangat cerdik
Tanaman rusak ulah petani sendiri
Tanahnya tercemar racun, siasat tikus yang cerdas
Hasil panen menurun, petani merugi
Penen tidak menjadi janji hidup

Anak-anaknya kelaparan
Bagaimana akan sekolah, Makan saja susah
Tikus-tikus menjadi noda
Tinggallah do’a, semoga tikus mengenal tobat



Surabaya, 2013

JANGAN BERISIK

Toriq Fahmi


Seeet, diam ada sidang paripurna
Kepentingan kita sedang dijual
Kebijakan dikirim lewat sms
Sangat rahasia, rakyat tak boleh tau
Harganya miliaran rupiah

Sms disebar, kode-kode rahasia
Penghuni gorong-gorong yang tau
Besok merapat, di tempat biasa
Gang 168 pinggir jalan, turunlah ke bawah
Jangan lupa tunjukkan kartu nama

Jamuan makan malam kita
Menu keju, buatan istri-istri muda
Sangat lezat, diolah dengan resep rahasia
Makanlah dengan lahap dan kenyang
Kita terbahak sampai larut

Seeet, diam ada sidang paripurna
Kepentingan kita sedang dijual
Kebijakan dikirim lewat sms
Sangat rahasia, rakyat jelata tak boleh tau
Harganya miliaran rupiah

Surabaya 2013

MENUNGGU HUJAN TURUN

Toriq Fahmi

Kutukan musim
Sampai November cuaca masih panas
Mari bukak catatan harian
Apa yang salah, kita koreksi

Bangunan terbengkala
Jembatan tidak sambung-sambung
Mendidik tapi tak cerdas-cerdas
Wah, aku curiga dengan itu
Jangan-jangan itu penyebabnya

Bukan, “tanpa alasan”
Kita belum siap menerima hujan
Sebab suangai belum cukup menampungnya
Nanti banjir, jadi kumuh dan kotor
Penyakit menyebar, banyak yang sakit
Siapa yang susah, sehat itu mahal

Benar akan terjadi banjir, siap siaga
Bukaknkah itu agenda tahunan kita
Betul akan banyak penyakit, waspada
Andai pengobatan murah tak jadi masalah
aku semakin curing

Ini catatan harianmu
Persekongkolan bawah tanah
Semoga hujan lekas turun
Hati-hati air meluap di gorong-gorong
Dan seluruh penghuninya hanyut

Surabaya 2013


Selasa, 08 Oktober 2013

Edisi Baru Ciuman Kita

Toriq Fahmi

Hai, bisikanmu gila
Mengajak renang lalu menyelam
Katanya kita akan berciuman
Agar tidak kelam dan bosan

Hai, airnya terlalu pahit
Mengandung kaporit, tidak baik untuk kulit
Lagipula nafasku dangkal
Mana mungkin bisa lama menyelam

Hai, ciumanmu dalam kolam
Edisi baru percintaan, kita ini autis
Benar nefasku pendek, dua menit saja
Kita baru sekarang, sudah cerah

Hai, lain kali ayo berenag lagi
Berciuman, pakai tehnik bertukar nafas
Agar bertambah beberapa menit
Terus dan terus sampai satu jam

Surabaya 2013



Galau

Toriq Fahmi

tubuhku sedang tak bertuan
jangan tanyakan sanguinis padaku
melankolisnya datang
aku tidak senang

jangan tertipu, aku orang lain

Surabaya 2013

Taman Mawar Baru

Toriq fahmi

Mawar-mawar kita telah layu
Tapi tak pernah gugur kelopaknya
Tetap merah hanya sedikit lebam
Sentuh durinya, sangat ramah
Siapapun boleh memegang

Mawar-mawar kita yang berserak
Dipungguti orang-orang
Biarkan, wanginya begitu ramai
Kita menuggu damai
Baragkali kita akan lelah

Ada waktu,
Akan ada taman diisi macam-macam mawar
Yang kau siram setiap terang dan petang

Surabaya 2013

Cerita Anak

Toriq Fahmi

mari kita bercerita
dogeng anak-anak yang terlupa
tentang kancil atau keong emas
supaya anak kita lahir jenaka
pandai mengambar dan menyayi
mencari kertas lalu menulis
bertanya pada ibunya kenapa huruf B seperti ibu yang hamil
betapa cerdasnya anak kita

dogeng menjadi kenaganya
mengkeja huruf menjadi sajak
ditulisnya ditisu rupanya ia telah jatuh cinta
bertanya pada ibunya kenapa wanita suka puisi
ada rasa yang tertinggal, belajarlah pada ayah
rak-rak buku tidak lagi menjadi jaring laba-laba
ia telah kenal ibunya, belajar gitar dan piano
katanya biar tidak seperti ayah
dipanggung ia juara, wanita mengiriminya mata
ia kenal ibunya, jatuh pilihanya
belajar luka

akhirnya ia kenal ayahnya
katanya nilai ujian sudah tak penting
ia tak pernah pulang, berpangku pada negara
katanya kau di istana menurunkan harga beras
ia kenal ayahnya, duduk di parlemen
menulis antologi puisi bersama

Surabaya 2013

Kucing mu

Toriq Fahmi

Bola mata di mangkok
Disajikan seperti bakso
Begitu cara kau menjamuku
ini saosnya, nadimu kau iris
Yodium dari darahmu
Aku rasa begitu gurih

Mari, mari, nikmati jamuanmu
Esok ada yang lebih sepesial
menu pagi
pecel bibir dan semagkok susu kental, hangat
minumlah dengan lidahmu, katamu
aku benar-benar menjadi kucing

2013

Gara-Gara Nyamuk

Toriq fahmi

lupakan tentang nyamuk
baragkali ia Dajjal
ku lihat sayapnya "ka fa ra"
aku insomnia

peduli apa dengan nyamuk
jika benar ia Dajjal
tiap malam aku akan insomnia

ibu menyuruh do'a
nyamuk-nyamuk tetap datang
benar ia dajjal
aku insomnia, akut

Surabaya 2013

Malam Minggu

Toriq Fahmi

Ada yang datang kemarin.
Kita dihiburnya, sampai sepi

Minggu datang lagi
Dan masih sama, asing

2013

Aku Puisi

Toriq Fahmi

Dari kerumunan yang banyak kita sama-sama menujuk puisi siapa yang paling angkuh atau puisi mana yang paling teduh. Lalu kita sama-sama bersemayam menjelma puisi yang angkuh atau yang paling teduh.

Sangat ramai berebut ingin jadi puisi, lalu akan dibaca pama malam purnama, aku telah lama menjelma puisi bukan yang angkuh atau paling teduh. Tapi malam itu aku dibaca dengan sorot matanya yang teduh dan tubuhnya berdiri angkuh. Jadilah aku puisi yang mengetar, setiap jalan tutup, lampu- lampu lumpuh total, penghuni malam sama-sama mengudara kelangit berebut puisi "itu puisi untukku", “itu puisi untukku”, sangat ramai

tapi di sebuah taman dengan rumput hijau yang separuh kering ada sebuah mata tersembunyi diselipkanya airmata kedalam, jiwanya basah lalu ia lenyap menjadi puisi yang akan dibaca setiap petang.

Surabaya 2013

Lomba Tabah

Toriq Fahmi

Riwayat langit yang kelam
Matanya sembab , ada rembulan yang sakit

Jangan dibasuh biarkan ia mengalir
Menjadi telaga, kita akan sama-sama mengenang
Berenag setiap pagi dan petang
Mengarungi kedalam jiwa masing-masing
Kita akan sama-sama tau
Rindu siapa yang paling pilu

Surabaya 2013

Batasan Rindu

Toriq Fahmi

Rindu yang mencapai batas.
Hai sayang nantikan aku saat berwudhu lalu dekap tubuhku sambil berbisik "bisakah kita berciuman malam ini". Waktu kita ada satu menit, sebelum kita menemui tuhan dan kau menciumnya juga.

Selamat, rindu kita mencapai batas.

2013

Berselingkuh

Toriq Fahmi

Ada malam yang menjerit sakit
Lalu kita menuju kasur, merenungi do'a yang kita kirim kemarin
Mata kita bertatap, bibir kita berisarat ciuman
Mendaratlah sebelum kita sama-sama diburu
Ada yang cemburu, tapi katamu ini rindu
Simpanlah tangan kita, sebelum semuanya telanjang

2013

Selamat Jalan

Toriq Fahmi

Selamat jalan, kita sedag berpergian
Menekuni nyayian rindu di jalanan
barangkali bekal kita akan habis sebelum waktunya
Kirimkan pipimu bersama sengan bibirnya

Selamat jalan

2013

Cara Kita Kembali

Toriq Fahmi

Apa kabar ciuman kita
Bragkali ia mencoba untuk akrab
Menyatukan penghayatan kita
ini sembahyang  kita
Do'a ciuman

Berwudulah, supaya tak malu
Lalu kita akan sembunyi
Kita akan sama sunyi, mengenag mata
Lalu tatapan kita menjadi pahala
Tebuslah dengan bibirmu
Lidah yang bertemu cara kita untuk tobat

2013

Persetubuhan Kita

Toriq Fahmi

Ku dengar suaramu, seluruh tubuh terjaga
Dikemasinya cerita- cerita lama
Lalu kau terkenag
Jangan kauwatir dengan isakan
bukankah kita bercerita sambil ciuman
Hanya saja waktu air mata itu tumpah
Maaf mataku takcukup kuat menampungnya

Bila kita bercengkrama
Kita begitu mendesah dan kau selalu kalah mengatur nafas
Lalu aku berpuisi , tanda selamat tidur untukmu

Sampai lelap, sampai esok rambutmu akan basah

2013

Perang Debu

Toriq Fahmi

Debu-debu begitu pulas tertidur sampai mimpi basah
Ada jejak tertinggal , sebuah pesan berdiri sepi di rak buku
“Barangkali puan sudah dewasa, sudah tak perlu menyusu ibu lagi”

Ini rumah kita sekarang
Sekawanan debu ramai menggumpal ingin jadi tanah
Barangkali ia berfikir jadi manusia
Ada yang mendengkur di halaman buku-buku
Mungkin sedang kelelahan mengkeja huruf-huruf latin
Ada bekas jejak pengetikan diwajah computer tua

Barangkali perencanaan kudeta sudah ditulis

Debu-debu di kamarku , angkat senjata peperangan

Aku siapkan peperangan juga

2013

Dada Aisah

Toriq Fahmi

Aisah. Dadamu itu
Apa kekasihmu pernah sujud di situ
Menjadikan sepucuk puting itu kiblat
Barangkali gundukan itu tempat sembahyang para alim

Pendaki-pendaki tak pernah damai
Sebelum ada kibaran bendera di puncanya
Ada iman di gundukan  dada Aisah
Sah , rabiah pernah bercinta dengan tuhan
Lantaran dadanya hanya dipersembahkan untuknya

Lalu kamu penghianat dada, mencari remasan orang-orang

2013

Malam dan Kucing

 Toriq Fahmi

Sedang berkirim pesan.
Malam dan kucing
Diembatnya cinta yang kemarin
Berisi meong. Lalu sunyi

Hubunganya putus
Barangkali rindunya adalah tidur
Kecupan terakhir, selamat malam
Silakan telanjag dada kucing sedang haus

2013

Ayat Puisi

Toriq Fahmi

“Dan ia begitu sengit menyetubuhi kebisuan , mulutnya menyatakan tidak untuk mengenag , lantaran hari-hari baru mengubahnya , otaknya kini sepi tapi puisi untuknya tak pernah mati. Datanglah sebelum kata-kata menguburmu dg rangkaian huruf yang tak enak dibaca dan didengar”

2013

Bendera Tertidur

Toriq Fahmi

Selamat pagi , bendera

Kibaranmu begitu sepi
Barangkali mengantuk
Semilir angin itu begitu antusias membelaimu
Lantaran nasibmu akan terlipat lagi
Tertidur sepi , bergumal dengan warna lain
Kau tak mugkin hamil ,
segitiga merah milik ayahku sudah lama tak berproduksi
namun Ia begitu hangat

Selamat tidur , bendera

2013

Tidur bersamamu

Toriq Fahmi

Apa kabar, aku menidurimu
Sampailah
Dermaga pendaratan kita reyot
Sampailah
Rumah kita sedang ditumbuhi lumut
Sampailah
Rambutmu sekarang ikal
Sampailah
Pendaratan di matamu gagal
Sampailah
Aku membuka busana matanya
Sampailah
Matanya telanjag, begitu lentik
Sampailah
Retinamu coklat muda
Sampailah
Pelayaran ke dua sangat menawan
Sampailah
Aku tak pernah puas menidurimu
Sampailah
Aku tegelam, badai luh

2013

Peringatan Pada Kupu-Kupu

Toriq Fahmi

Hai, peringatanku sekali lagi
Bunga merah itu bahaya
Kelopaknya terlalu kecil, mudah gugur
Tangkanya kurus, patah jika diduduki
Hati-hati sari bunganya beracun
Tapi memang sangat manis

Saat kuncup, ia begitu lugu
Hingga mekar ia teramat anggun
Hati-hati, sangat semerbak
Gugur, ia menjelma salju merah

2013



PULANG

Toriq Fahmi

Pulanglah
kita akan kembali lagi pukul 7
Pulanglah
Kita sudah bosan dengan kebohogan
Pulanglah
Kita sepakat untuk tidak saling tatap
Pulanglah
Pembicaraan kita tak layak didengar orang
Pulanglah
Kita terlalu lelah mengenag air mata

Pulanglah
Esok kita kembali pukul 7

Surabaya 2013

Sajak Keselamatan Kita

Toriq Fahmi

Kemarin hujan itu datang. Menciumi kita, bumi yang tandus
Lalu tiap hari hujan menghujam, becek, kita gembira ada yang tumbuh dari dalam
Adakah yang menolak tumbuhan. tukang kebun, petani, memapakarkan senyuman, berisarat dada, kita lega.
Adakah yang dirugikan dari hujan yang turun setiap petang dan terang, mugkin pelajar suka sebab tak ada sekolah
Kita akan bodoh, memaknai subur yang tidak ditanami
Jika kau suka taman bunga, aku lebih memilih rumput hijau, tempat asik bermandi bulan, lalu kita membuat bintang sendiri, aku suka bermain Tuhan-tuhanan
Ada puisi sebagai lagu, nada-nada suaramu persis seperti timangan ibu waktu kecil
Barangkali kita bernostalgia mengenag masa dimana kita begitu damai
Aku damai, semoga daun-daun akan berguguran sebagai riwayat pencintaan kita yang selamat

Surabaya 2013

Dilarang Jatuh cinta

Toriq Fahmi

Disamarkan wajahmu agar aku lupa
Kita dipaksa untuk tidak saling mengingat
kita akan berkenalan kembali
sebagai orang yang baru
kita dilarang  jatuh cinta

Surabaya 2013

Pemulung

Toriq Fahmi

Selamat malam,
ada pesan di jalanan
Baragkali sepedaku sedang frustasi
Roda depanya kempes, ia sedang mengeluh

Kemarilah, kediamanku begitu kosog
Kita akan punguti pesan-pesan di jalan

Selamat malam,
Lampu-lampu jalan sedang temaram
Tak ada kendaraan, kaki kita begitu romantis
kita menjadi pemulung, tepat pukul 01:00

Surabaya 2013

Senin, 12 Agustus 2013

Ayah "kiyai". Ibu kirimi hujan

Oleh Toriq fahmi

Dipunguti jampi-jampi di jalan, karung itu berisi do'a
Kiai bersorban berzikir di sepanjag jalan
Dupa-dupa pemujaan lenyap
Dikirimnya hilal berwarna kuning
Ayahku sedang berpuasa
Seperti nabi mendapat pahala puasa setahun
Sawal awal begitu istimewa
Orang-orang berpergian menerima tangan
Katanya kemenagan, ayah tak pernah menag
Ia ulangi puasanya, jampi-jampinya dipunguti si anak
Karung anaknya tak pernah penuh
Masih ada ibu, asap dupanya ke langit
Langit  akan mendug,
Hujan datang, kiriman ibu
Baiknya tuhan untuk ibu, begitu ridhonya
Aku berjalan, mandi hujan
Memungguti jampi-jampi ayah
Mantraku jadi sajak, sagat sepi

Surabaya.2013

Jumat, 09 Agustus 2013

Jelmaan Sepi

Oleh Toriq Fahmi

Kesepian kesepian itu
Telah menjadi bibir
Dikecupnya manja
Sebentuk bibir yang rindu
Tubuhnya sunyi, berdiri di pingir jalan
Ada sejarah yang mengenag ciuman

Kesepian kesepian itu
Telah menjadi tangan
Dipeluknya mesrah
Sebuah tubuh yang sakau
Menuggu cumbuan di tepi jalan
Mengenag sejarahnya yang layu

Kesepian kesepian itu telah menjadi do'a
Diciumya bibir tuhan yg tak tampak
Dipeluknya tubuh tuhan yg tak berbentuk
Sejarahnya adalah masadepan tuhan
Mengenag dan menuggu telah menjdi zikir yang dibacakan disetiap jalan.

Surabaya 2013

Selasa, 02 Juli 2013

Anak Hujan

 Toriq Fahmi

bocah lusuh bermain hujan

"hom pimpa, alaihum gambreng"
aku jadi kodok
aku jadi burung
"jangan", burung tidak bisa terbang waktu hujan
aku tak berniat untuk terbang
aku hanya ingin tertidur, di dahan yang basah
belajar mencengkram lalu bermimpi

lalu kamu, kenapa jadi kodok?
kodok suka berenag
lalu akan bernyanyi, suwaktu sepi
kita akan bernyanyi
aku pandai menyelami

kodok dan burung
burung tabah menuggu hujan redah
kodok ikhlas menerima genagan hujan

siapa mereka.?
anak-anak yang suka bermain hujan

"mahkota hujan, menuggu pelangi datang"

Madura 2013

Perlawanan Ayam

Toriq Fahmi

1/
Negeri ayam gempar
Datang kabar dari negeri pemburu
Esok elang datang menyerang
“serahkan negerimu atau seluruh keturunan ayam akan terbakar”
Bunyi surat tanda peperangan

Raja ayam gemetar
Dibakar suratnya, menepuk dadanya keras
“Aku tak lagi takut”
Segera siapkan persenjataan
Kita akan melawan elang

Raja ayam siap berperang
Diambilnya sebuah kotak hitam
Di tumpukan jerami istana
Kotak sejarah yang bersembunyi sepi
Apa isinya?
Sebuah jarum emas, milik elang
Dijadikanya busur panah

Surat perlawanan diterima
Awas “Mata elang akan datang”
Awan-awan menyingkir ngeri
Langit memerah,  peperangan akan dimulai
“Perkuat pertahanan benteng” seru raja ayam
……………
Bersambung
(edisi pertama cerita puisi)
Madura 2013
Inspirasi dari si mata elang

Senin, 10 Juni 2013

Hidangan Bibir

Toriq Fahmi

Sepulang kerja
Ada bibir di meja
Ranum dan basah
Lapar begitu bergairah
Ku kunyah mentah-mentah

Sakit perut
Terbirit ke toilet
Ah.cinta kita keluar
rupanya begitu encer

besok sepulang kerja
semoga dihidangkan lagi
bibir panggang, ditusuk seperti sate
hidangan istimewa, sambal kacang

sangat mengairahkan bukan.?
Jika masih keluar encer
Jangan sediakan bibir lagi
Coba lidahmu saja

Surabaya 2013

Senin, 03 Juni 2013

Berburu Bulan

Toriq Fahmi

Kita memanah matahari
Matahari mati, berganti bulan
Apa kita juga memanah bulan
Ya, kita harus memanahnya
Bulan itu dusta

Tidak, bulan itu jujur, jangan bunuh
Kita buru saja pelan-pelan
Seberapa kuat ia

Bulan itu jujur katamu
Kita buktikan, mari berburu rembulan
Jangan bunuh, ingat jangan bunuh
Kalau melawan keluarkan pedang
Kita buru seberapa jujur ia

Jika ia menyerah bunuhlah, ia pendusta
Jika ia lari, mari kita buru lagi
Seberapa tangguh ia, bertahan jujur

Surabaya 2013

Kencing Di tembok

Toriq Fahmi

Seorang anak kencing di tembok
Lumut-lumut kepanasan, menyambut girang
Lumutnya melebat tanpa hujan
Tembok hijau, rata lumut

Anak itu datang lagi
Mengencingi tembok
Lumut-lumut menjadi pohon
Pohon tumbuh di tembok

surabaya 2013

Jumat, 31 Mei 2013

Ikhlas

Toriq Fahmi

Jarum jam kita macet
Mesin penghitung kita rusak
Kalender di dinding hilang
Anak-anak kita lupa bermain sampoa
Kita memejamkan mata
Dunia tanpa angka

Manusia tanpa hitungan

Surabaya 2013

Bulan Pecah

Toriq Fahmi

Datanglah, kita memecah bulan lagi
Separuhnya kita sembunyikan
Orang-orang telanjang mencari pecahan bulan
Gempar kehilangan purnama
Persetubuhan mereka tertunda

Kita sembunyi dengan tenag
Tempat ini aman tanpa bulan
Jerit kita dimulai
Nyanyian ciuman, memecah-mecah bulan

Hilangnya separuh bulan
Diapit mesrah, menyala didalam rok abu-abu

Surabaya 2013

Kamis, 30 Mei 2013

Kematian Padma

Toriq Fahmi

Wajah jendela menuggu musim
Tanpa kabar kapan ia datang
Kisahnya sama, datar
Hanya bersama padma

Sepasang jarum jam, mata tunggu
Menekuni  do’a kapan datang musim
Berbisik pada jendela, kita perindu
Kisahnya sama, memberi warna Padma

Padma kita binasa
Mesim begitu senyap
Grimisnya lelah, kakinya telah patah
Kita menangis sebagai ganti grimis
Selamat pagi kamboja

Surabaya 2013

Rabu, 29 Mei 2013

Sepasang Mata Buta


Toriq Fahmi

Bulan musim suram
Tinggal separuh dimakan zaman yang kelam
Pada gemercik cahanya
Ada do’a yang dikirim lelaki bermata bulan
Sama, matanya redup menyulam kenagan yang hampir habis

Bulan musim hangat
Habis diracik zaman yang sekarat
Pekatnya dusta, sembunyi tanpa wajah
Sampailah do’anya saat matanya habis
Buta, kepastian rindu, waktu tanpa keluh grutu

Sampailah, bulanya kelabu
Tanpa tahu kelabu, ia rasa begitu sendu
Bangun kerajaan itu, damai tanpa penglihatan
Tahtanya perasaan dengan sepasang bulan
Mahkota kematian dari sepasang mata buta

Surabaya 2013